You could put your verification ID in a comment muziekindo: Maret 2012

muziekindo

Your description goes here

  • RSS
  • Delicious
  • Facebook
  • Twitter

Popular Posts

God Bless
Iwan Fals
SAS Band
free counters

Buku Tamu

Statistic Counter

View My Stats

Halaman

Pengikut

Thumbnail Recent Post

Postingan Populer

Planet Blog

Koes Plus

Koes Plus adalah grup musik Indonesia yang dibentuk pada tahun 1969 sebagai kelanjutan dari grup Koes Bersaudara. Grup musik yang terkenal pada dasawarsa 1970-an ini sering dianggap sebagai pelopor musik pop dan rock 'n roll di Indonesia. Kelompok ini dibentuk pada tahun 1969, sebagai kelanjutan dari kelompok “Koes Bersaudara”. Grup yang berasal dari Tuban ini menjadi pelopor musik pop dan rock 'n roll, bahkan pernah dipenjara karena musiknya yang dianggap mewakili aliran politik kapitalis.....

Panbers

Panbers adalah satu nama kelompok pemusik yang merupakan kependekan dari Pandjaitan Bersaudara.Kelompok yang dirintis sejak tahun 1960-an dan mulai rekaman di tahun 1971 ini terdiri dari empat orang kakak beradik kandung putra-putra dari Drs. JMM Pandjaitan, S.H, (Alm) dengan BSO Sitompul. Mereka adalah Hans Pandjaitan, Benny Pandjaitan, Doan Pandjaitan dan Sido Pandjaitan. Dengan mengibarkan bendera Panbers, mereka merintis karir mereka di ibukota, mulai dari mengisi acara-acara hiburan di pesta...

The Mercy's

The Mercy's, merupakan salah satu band terhebat di sepanjang masa. Mereka terdiri dari lima anak muda yang berambut gondrong, yakni Erwin Harahap (melody/vokal), Rinto Harahap (bass/lead vokal), Reynold Panggabean (drum/lead vokal), Rizal Arsyad (rhytem/vokal), dan Iskandar alias Bun (keyboard/vokal). Mereka mengusung kisah esensial sejarah dan kenangan yang suka hura-hura, serta berkiblat dengan band-band pesta di Jakarta, seperti, Noor Bersaudara, Ceking, Cruss dan Medinas. Berdiri awal 1969 di....

D'Lloyd

D'Lloyd ini terdiri dari Bartje van Houten (gitar), Sjamsuddin (vokal), Chairul (drum), Totok (bas), Budi (kibor), dan Yuyun (saksofon/flute). Berdiri pada 1969, kemudian rekaman 1972, D’Lloyd (berasal dari kata Djakarta Llyod) tetap awet sampai sekarang. Kumpulan D’LLoyd merupakan kumpulan yang terkenal di era 70-an hingga kini.Lagu-lagunya seperti Keagungan Tuhan, Tak Mungkin, Oh Di Mana, Karena Nenek, Semalam di Malaysia, Cinta Hampa dan Mengapa Harus Jumpa cukup mempesona serta meghiburkan.Kebanyakan....

Favorite's Grup

Favourite's Group adalah tempat berkumpulnya penyanyi, pencipta lagu, dan musisi terhebat di sepanjang masa, seperti A Riyanto, Mus Mulyadi, Is Haryanto, Harry (Santoso) Toos dan Tommy WS. Pemunculannya di blantika musik pop pada waktu itu relatif singkat, tetapi FG mampu mengukuhkan keberadaannya sebagai grup musik yang menjadi favorit dan istimewa di hati masyarakat dan dibicarakan selama dekade ke depan. A Riyanto, pimpinan dari Band 4 Nada, mempunyai gagasan membentuk sebuah grup yang bukan...

Prakata

Selamat datang di Muziekindo...blog ini khusus berisi biografi musisi-musisi Indonesia era 70an - sekarang. Bukan hal yang baru memang, tapi tetap menarik untuk disimak dan di perhatikan. Sekedar untuk melestarikan perjalanan para musisi Indonesia dalam meniti karir mereka. Di tunggu komen-komen brilian dari agan-agan yang telah berkunjung ke blog muziekindo ini...Terima Kasih atas kunjungan anda dan jangan lupa komennya ya....


Derby Alexander

Total Tayangan Halaman

Senin, 26 Maret 2012

Titi DJ " Bahasa Kalbu"

Titi Dwijayanti, adalah seorang penyanyi kelahiran 27 Mei 1966. Ia merupakan anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Yeni Veronica Simanjuntak, dan John Sutanto. Penyanyi ini mengawali karirnya di dunia seni dengan bergabung dengan Suara Mahardika pimpinan Guruh Soekarno Putra. Titi DJ juga pernah menjajal dunia model bahkan beberapa kali wajahnya menghiasi beberapa majalah remaja. Pada tahun 1983, penyanyi ini berhasil menjadi juara 3 dan juara berpenampilan terbaik diajang Bintang Radio Televisi. Di tahun yang sama Titi DJ mulai melirik dunia film, dan mulai main dalam film - film komedi yang sedang marak- maraknya pada waktu itu.


Diantaranya adalah "Gepeng Bayar Kontan". Gara - gara main film ini, bukan hanya rezeki yang ia dapatkan tetapi juga tawaran dahsyat dari iu Andi Nurhayati, seorang produser film, untuk ikutan Miss World. Meskipun sempat mendapatkan banyak protes bahkan disebut peserta ilegal dan melanggar susila, tetapi popularitasnya semakin menanjak dengan cepat bahkan Titi DJ jadi semakin sering main film dan mendapatkan tawaran rekaman dari Jackson Record. Maka di tahun 1984, dirilislah album pertama Titi DJ yang bertajuk " Imajinasi", disusul dengan "Ekspresi" di tahun 1988, dan "Titi DJ" di tahun 1989. Setelah cukup lama vakum, akhirnya di tahun 1999, Titi DJ merilis album bertitle "Bahasa Kalbu" yang meledak luar biasa. Album berikutnya yang berhasil ia rilis adalah "Melayani Hatimu" di tahun 2005.










Jumat, 23 Maret 2012

Elpamas "Balada Sejuta Wajah"

Elpamas" adalah sebuah kelompok musik Rock asal Malang, Indonesia yang dibentuk pada tahun 1983.
Sejarah. Nama Elpamas tadinya merupakan kependekan dari “Elektronik Payung Mas”, nama sebuah toko elektronik milik Anthony Depamas yang menyuplai peralatan band buat para personel Elpamas. Belakangan, kepanjangan nama Elpamas diplesetkan ke dalam bahasa Jawa, yaitu Elek-elek Pandaan Mas. Karena band ini memang berasal dari daerah Pandaan, Malang (Jawa Timur). Awal terbentuk, sekitar tahun 1983, Elpamas tidak langsung memainkan musik rock. Lewat panggung-panggung tingkat RT dan ‘bergerilya’ dari kampung ke kampung, Elpamas dikenal luas sebagai band yang mengusung musik dangdut. Tapi kemudian, Elpamas tidak terlalu lama mengusung jenis musik ini. Tahun berikutnya, menjelang mengikuti festival rock yang digelar oleh Log Zhelebour mereka pun ganti haluan. Elpamas mulai memperlihatkan talentanya sebagai grup rock yang layak diperhitungkan saat mereka berhasil merebut gelar Juara III di “Festival Rock Se-Indonesia” tahun 1984. Bahkan saat event tersebut digelar lagi pada tahun 1985 dan 1986, Elpamas yang waktu itu diperkuat oleh Dollah Gowi (vokal), Toto Tewel (gitar), Didiek Sucahyo (bas), Edi Daromi (kibor) dan Rastato mampu meraih predikat Juara I selama dua kali berturut-turut. Sementara Toto Tewel, juga mampu mengantongi gelar sebagai gitaris terbaik.


 Karir Elpamas kemudian semakin terasah dengan seringnya mereka tampil di pentas-pentas musik besar, antara lain mendampingi God Bless pada “Tour Raksasa Gudang Garam”, tahun 1989. Di dunia rekaman, nama Elpamas juga mampu mencatat prestasi yang cukup lumayan. Salah satu lagunya, yaitu Pak Tua menjadi tembang klasik mereka yang mungkin paling dikenal masyarakat. Tembang karya Pitat Haeng (nama samaran yang digunakan Iwan Fals) yang termuat di album Tato tersebut konon mampu mendongkrak penjualan albumnya hingga mencapai angka 5 keping. Sebuah jumlah yang menyedihkan pada masa itu. Itupun dibeli oleh orang tuanya masing-masing. Lagu itu sendiri — yang bercerita tentang seorang penguasa yang sudah tua tapi belum mau pensiun — sempat dicekal, tidak boleh ditayangkan di TV. Pasalnya, liriknya dianggap telah menyinggung penguasa orde baru. Elpamas sering sekali terjadi pergantian formasi sehingga mempengaruhi kestabilan grup. Sehingga baru enam album yang dihasilkan dalam waktu 15 tahun. Misalnya posisi vokalis. Elpamas sudah sembilan kali ganti vokalis. Di antaranya, ada nama Dollah Gowi, Baruna (sempat membentuk kelompok Legend Bee dan kini mengibarkan grup Jagad) dan Ecky Lamoh (ex-vokalis EdanE). Bahkan, Andy Liany sempat pula bergabung, meski tidak sempat masuk rekaman. Sementara itu, Doddy Keswara masuk formasi setelah disodorkan oleh Baruna. Selain karena mereka memang kurang produktif mengeluarkan album rekaman, waktu Elpamas juga lebih banyak tersita untuk tampil di kafe-kafe. Belum lagi beberapa personelnya banyak terlibat proyek lain. Toto Tewel misalnya. Bersama Doddy Keswara, ia turut memperkuat grup Kantata, pimpinan Setiawan Djody dan sesekali mengisi gitar untuk beberapa penyanyi solo.


Dengan banyak bermunculan grup musik baru, justru memacu mereka untuk tetap berupaya mempertahankan eksistensi Elpamas. Salah satu jalan yang ditempuh ialah dengan menciptakan pasar musik di panggung. Mereka memilih memperbanyak bermain di kafe-kafe membawakan lagu dari grup legendaris tahun 70-an seperti Deep Purple, Led Zeppelin, Uriah Heep, Yes dan Kansas. Setelah merilis Dongeng, Didik Sucahyo cabut dari Elpamas. Posisinya sempat digantikan oleh Edot, mantan basis Q-Red (grup Toto sebelum bergabung di Elpamas). Kini, posisi ini kemudian diisi oleh Harto. Sementara di jajaran vokal, Amiruz dan Ecky masuk menggantikan Doddy Keswara yang mengundurkan diri setelah pembuatan album Dongeng. Amir Roez sendiri bukanlah nama baru di dunia musik Indonesia. Sebelum bergabung di Elpamas, vokalis asal Solo ini pernah tercatat sebagai vokalis grup Dimensi, band yang antara lain diperkuat oleh Yuke Sumeru dan Donny Suhendra. Ia juga pernah ‘ngamen’ bersama Anto Hoed (basis Potret), Kadek Rahardika dan Lian Panggabean mengibarkan 2GT2. Bahkan, sebuah album solo berjudul Goyang Dunia pernah pula ia lahirkan. Di Elpamas, Amir mengaku sudah tidak asing dengan personelnya, terutama Toto Tewel. Ia sudah kenal Toto sejak keduanya terlibat penggarapan lagu soundtrack untuk film “Macan Kampus”. April 2003, Elpamas merilis album 60km/jam dengan personel Toto Tewel, Tato, Edi Daromi, Harto, Amiroez dan vokalis Decky Sompotan












Mus Mudjiono "Arti Kehidupan"


Mus Mujiono (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 15 Maret 1960; umur 50 tahun) adalah seorang musisi jazz Indonesia. Nono, demikian biasa dipanggil sangat menyukai musik dan menguasai hampir semua alat musik, dari keyboard, drum, gitar, saksofon, kecuali terompet. Nono juga mendapat julukan sebagai 'George Benson Indonesia'. Nono besar di keluarga musisi. Ayahnya adalah musisi keroncong, sedangkan kakaknya, Mus Mulyadi, juga penyanyi keroncong. Sejak kelas enam SD, Nono sudah belajar gitar. Kemampuannya bermain musik sangat memikat, bahkan diusianya yang baru 18 tahun, Nono telah rekaman dengan bandnya, The Hands. Popularitas Nono (Mus Mujiono) terangkat bersama The Hands, grup musiknya. Mereka sangat terkenal terutama dengan lagu "Hallo Sayang". Sayangnya tak lama kemudian, mereka bubar. Nono pun bersolo karir dan sampai menghasilkan tujuh album. Nono belajar jazz dari Jun Sen, gitaris jazz terkemuka asal Surabaya seangkatan Bubi Chen. Dari musisi yang juga pengusaha alat musik itulah ia mulai mengenal berbagai teori jazz. Nono juga belajar privat gitar klasik, agar bisa membaca not balok dengan baik. Pada tahun 1980-an Nono tertarik pada George Benson, karena kesederhanaan permainan gitarnya. Saat itu kebanyakan gitaris ngerock dengan berbagai macam efek aneh-aneh, berbeda dengan George Benson yang hanya memakai mulut saja.


Oleh karena itu, Nono mulai mempelajari teknik scating yang merupakan ciri dari George Benson. Setelah menekuni "jurus-jurus" George Benson, Nono pun mulai dilirik para musisi lain. Nono diajak bergabung dengan Jakarta Power Band. Akhirnya Nono hijrah ke Jakarta yang memang telah menjadi obsesinya. Pada tahun 1995 bersama Glenn Fredly (vokal), Inang Masalo (drum), Yance Manusama (bass), Eka Bhakti (kibor) dan Irvan Chesmala (kibor), berdirilah Funk Section, dengan Nono pada gitar. Mereka membuat album perdana bertajuk "Terpesona". Album ini tidak sukses, begitu juga dengan keberadaan band. Tahun 2004, bersama grup Canizzaro merilis album "Reinkarnasi Canizzaro" yang mengandalkan tembang Seperti Dulu (dengan menghadirkan Trie Utami sebagai bintang tamu). Sampai usianya yang hampir setengah abad, bersama dengan Agus Dhukun, Erren Dwi Pratiwi alias Tiwi KDI 4, Irghi Barens, Vino D Rossy dan Deddy Namoza, Nono tetap ingin berkarya dengan mendirikan A-Dhu Band. Kendati terbilang baru tapi delapan lagu telah disiapkan A-Dhu Band untuk mengisi album perdana mereka. Sebagian lagu dalam album tersebut diciptakan oleh Nono. Judul-judul lagu di album A-Dhu Band antara lain Sedaci, Siti Djainab, Ini Duniaku, Dosa Cinta?, Kejujuran Cinta Agus Dhukun, Ly, @ku Adalah @ku dan Mba Yayu.










Minggu, 18 Maret 2012

Slank "I Miss You But I Hate You"

Group musik Slank adalah salah satu grup musik papan atas, yang bermula dari berdirinya Cikini Stones Complex (CSC) pada 26 Desember 1983, yaitu grup musik yang terdiri dari anak-anak SMA Perguruan Cikini, Jakarta.  CSC terdiri dari Bimo Setiawan (drum), Boy (gitar), Kiki (gitar), Abi (bass), Uti (vokal), dan Well Welly (vokal), yang banyak mengekspresikan kecintaan pada lagu-lagu Rolling Stones. Namun Sayang, grup ini tidak bertahan dan membubarkan diri.  Seiring berkembangnya waktu, Slank mengalami perubahan personil sampai 14 kali pada 1996 yang bertahan hingga sekarang. Formasi terakhir yang dimulai dari album ke-7 Slank, terdiri dari Bimbim (drum), Kaka (vokal), Ivanka (bass), Ridho (gitar), dan Abdee (gitar).



Album Slank, di antaranya Suit-Suit....Hehehe (Gadis Sexy) (1990), Kampungan (1991), Piss (1993), Generasi Biru (1995), Minoritas (1996), Lagi Sedih (1996), Tujuh (1997), Mata Hati Reformasi (1998), 1999 (999), Virus (2001), Satu Satu (2003), Bajakan! (2003), Road to Peace (2004), Plur (2005), Slankisme (2006) dan Slow But Sure (2007). Sementara itu, lagu Gosip Jalanan dari album PLUR yang dirilis pada 2004 berbuah sorotan dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Slank yang saat itu menjadi duta anti-korupsi untuk KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dianggap 'melecehkan' dewan melalui syair-syair lagu tersebut. DPR-RI melalui Lembaga Kehormatan Dewan berencana melancarkan tuntutan pada grup anak muda ini, meski kemudian rencana tersebut dibatalkan.


Rencana Slank untuk Go International mulai terlihat di pertengahan 2008. Dengan kolaborasi dengan The Big Hip, sebuah band asal Jepang, menghasilkan sebuah album, THE BIG HIP. Hebatnya di album ini, Slank menggunakan 3 bahasa sekaligus, Indonesia, Jepang dan Inggris. Bagi para slanker, Slank bakal memberikan bonus berupa VCD Exclusive kegiatan Slank di Jepang bila pembelian kaset atau CD album terbaru Slank. Selain itu band ini juga giat mendukung berbagai acara sosial. April 2010, Slank tampil pada acara Earth Live yang mengusung tema lingkungan. Slank menyerukan perlunya hemat dalam menggunakan sumber daya alam termasuk air.










Rabu, 14 Maret 2012

Nafa Urbach "Badai Kehidupan"

Nafa Indria Urbach atau yang populer dengan nama Nafa Urbach, dikenal sebagai bintang model, aktris dan penyanyi. Artis keturunan Jerman ini adalah adalah mantan pacar pesinetron Primus Yustisio yang kini menjadi suami bintang sinetron Jihan Fahira. Sementara Nafa sendiri sajak 19 Desember 2004 telah bertunangan dengan sesama bintang sinetron, Zack Lee dan akan kemudian pada 16 Februari 2007. Kemunculannya di jalur musik slow rock seolah menjadi generasi penerus artis legendaris Nike Ardila. Kemunculannya pun tepat, sesaat setelah meninggalnya rocker asal Bandung tersebut. Bahkan Deddy Dores, pria yang kerap menciptakan lagu untuk Nike juga membuatkan lagu untuknya.

Semenjak menikah dengan Zack Lee, Nafa vakum dari dunia entertainment. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk pelayanan gereja. Awal tahun 2009 ini, Nafa berniat comeback ke dunia yang telah membesarkan namanya ini. Selain kembali merilis album, Nafa mulai merambah dunia film dan menjajal menjadi bintang iklan.Sebagai debut perdananya setelah 'berlibur', Nafa akan meluncurkan video klip salah satu single andalannya, Wanita Super dari album terbarunya.
Tak hanya kembali beraktivitas sebagai entertainer, Nafa bersama sang suami, Zack, menjajal bidang bisnis baru. Dan pilihan Nafa jatuh pada bisnis daging - daging sapi terlunak yang jadi andalan berbagai restoran kelas atas.









Inka Christie "Cinta KIta"

Inka Christie memiliki nama asli Rinni Chries Hartono, lahir di Bali, 20 Januari 1973, dikenal sebagai penyanyi beraliran slowrock yang populer pada awal 1990-an. Putri bungsu dari empat bersaudara pasangan S.Suhariono dan Krimiati ini lewat lagu-lagunya, juga dikenal luas oleh masyarakat Malaysia. Hingga beberapa kali Inka tampil di negeri jiran tersebut. Inka semakin populer setelah merilis single Cinta Kita bersama rocker Malaysia Amy Search pada 1991. Kesuksesan ini kemudian diulang kembali pada 1992 lewat album GAMBARAN CINTA.


Albumnya yang lain di antaranya NAFAS CINTA (1993), YANG KUNANTI (1995), YANG KEDUA KALI (1996), TIADA CINTA YANG LAIN (1997), NYANYIAN SUARA HATI (1998), TERATAI (1999), PUISI CINTA (2001), SANGGUPKAH (2003) dan JANGAN PISAHKAN (2005).
Tahun 2007, Inka membentuk grup band beraliran pop. Grup band yang bernama Q-ta ini beranggotakan Inka Christie (vokal), Reza (gitar), Teguh 'Ngguh' (bass), Lala (keyboard), dan Hadi (drum). Album perdana mereka MENCARI CINTA dirilis tahun 2008.









Anggun C. Sasmi "Mimpi"

Anggun Cipta Sasmi (lahir di Jakarta, 29 April 1974; umur 34 tahun) adalah penyanyi Indonesia yang sekarang memiliki kewarganegaraan Perancis. Hingga saat ini ia masih satu-satunya penyanyi Indonesia yang berhasil menaklukkan pasar musik dunia. Saat ini ia bermukim di Paris, Perancis dan Montreal, Kanada untuk melanjutkan karir internasionalnya. Hingga tahun 2005, ia telah sukses menjual sebanyak 12 juta kopi album internationalnya di seluruh dunia, menjadikannya artis Asia paling sukses di luar Asia. Anggun merupakan putri dari pasangan Darto Singo, seorang seniman Indonesia, dengan Dien Herdina, sorang ibu rumah tangga berdarah Keraton Yogyakarta. Anggun menempuh pendidikan dasarnya di sebuah sekolah Katolik di Jakarta, walaupun Anggun adalah Muslim. Anggun hidup dalam keluarga yang penuh seni. Sejak usia 7 tahun Anggun digembleng latihan vokal setiap hari oleh ayahnya. Anggun diajarkan berbagai latihan teknik vokal dengan penuh disiplin. Ibunya kemudian bertindak sebagai manajer dan bertugas menerima order menyanyi untuk Anggun. Pada usia 9 tahun, Anggun mulai menciptakan lagu-lagunya sendiri dan mulai merekan album anak-anak. Anggun memulai karir intenasionalnya di usia 19 tahun pada tahun 1994. Setelah menjual perusahaan rekamannya dan meninggalkan segala popularitas yang dimilikinya di Indonesia. kemudain Anggun menetap di London, Inggris selama setahun. Lama-kelamaan Anggun sadar bahwa karirnya takkan berkembang di inggris akhirnya anggun memutuskan untuk berhijrah ke Belanda, dimana banyak orang Indonesia yang menetap. Namun Di perjalanan menuju Belanda, Anggun singgah dulu di Paris, Perancis, kampung halaman suaminya, Michel de Ghea. kemudian, Anggun akhirnya membatalkan niatnya ke Belanda lalu menetap dan memulai karir di Perancis.


Pada tahun 1996, akhirnya Anggun berhasil bertemu dengan Erick Benzi, salah seorang produser besar Perancis yang pernah menangani album sejumlah penyanyi terkenal seperti Celine Dion, Jean-Jacques Goldman, Jhonny Hallyday dan lainnya. Benzi pun terpikat oleh kemampuan vokal Anggun, dan menawarkannya rekaman album solo di Perancis. Setelah mempelajari bahasa Perancis di Alliance Français selama sebulan, Anggun dan Benzi mulai membuat rekaman album.
Setelah rekaman itu selesai, Sony Music France pun tertarik dan merekrut Anggun sebagai artis rekaman mereka. Tidak hanya itu, Anggun pun dikontrak dalam 2 album, yaitu album berbahasa Perancis dan album berbahasa Inggris. 24 Juni 1997 merupakan tanggal keramat bagi Anggun ketika album pertamanya Au Nom de la Lune (Atas Nama Bulan) dilepas ke pasaran Perancis. Single pertama Anggun, "La Neige au Sahara", mendapat tempat di hati peminat musik Perancis bahkan hingga Belgia, Swiss, dan Kanada. Single ini tercatat sebagai lagu yang paling sering diputar di radio-radio Perancis tahun 1997 dan menjadi salah satu Hit Summer '97. Album yang memuat elemen pop ditambah bunyi-bunyian instrumen tradisional Indonesia (tambur, seruling, kemiri) ini berhasil mereguk sukses dengan penjualan lebih dari 150.000 kopi di Perancis, menjadikannya seorang artis berbangsa Indonesia pertama yang berhasil meletakkan nama sejajar dengan artis-artis Perancis yang ada. Tahun berikutnya, Anggun meluncurkan album berbahasa Inggris pertamanya, Snow on the Sahara. Album ini dirilis di lebih dari 33 negara di Eropa, Asia, dan Amerika.


Khusus untuk Jepang, Indonesia dan Malaysia, album ini dirilis dalam edisi spesial bertajuk Anggun (Di Indonesia disertai dengan single berjudul "Kembali"). Single Snow on the Sahara pun seketika menjadi hits besar. Single ini melayang hampir seluruh tangga lagu di Eropa sepanjang 1998 hingga 1999. Single ini sempat mencapai posisi 1 di Italia, Spanyol dan beberapa negara di kawasan Asia Timur. Di Eropa, single ini bahkan berhasil menduduki Top 5 pada UK Club Charts, Inggris.
 Di Amerika Serikat, Snow on the Sahara dirilis pada Mei, 1998 oleh Epick Record. Kiprah Anggun di Amerika Serikat dimulai saat ia tampil di acara TV Rossie O'Donnel Show. Anggun juga tampil di acara New York Session West 54th dan dikupas sejumlah media diantaranya CNN, Billboard, dan Rollingstone. Anggun juga diundang oleh Sarah McLachlan untuk tampil di panggung Lilith Fair, festival musik wanita berkeliling Amerika dan menjadi satu-satunya penyanyi Asia yang mendapat kehormatan tampil pada acara Divas Live di Las Vegas. Meskipun demikian, Snow on the Sahara tidak meraih kesuksesan yang berarti di Amerika dan terjual sebanyak 200.000 kopi saja. Namun, Anggun berhasil membuat sejarah dengan menjadi artis Asia pertama yang menembus tangga lagu Billboard di posisi #16 (disusul 7 tahun kemudian oleh Utada Hikaru). Sementara album Snow on the Sahara sendiri berada di posisi #23 Billboard Heat Seekers Charts. Album Snow on the Sahara telah sukses meraih sejumlah platinum di beberapa negara dengan total penjualannya melebihi angka 1 juta kopi di seluruh dunia, menjadikan Anggun sebagai artis Asia dengan penjualan album paling tinggi di luar Asia (rekor yang masih dipegang Anggun hingga saat ini). Snow on the Sahara juga menjadi album tersukses Anggun sepanjang karirnya. Anggun menikah muda dengan Michael de Gea, seorang warga negara Perancis pada tahun 1992. Konon pernikahan ini kurang disetujui oleh pihak keluarganya karena perbedaan usia yang besar. Bersama Michel, Anggun kemudian hijrah ke Eropa untuk mewujudkan mimpinya.


Pasangan ini lalu menetap di London (sejak 1995), lalu di Paris. Namun sayangnya setelah 7 tahun, pernikahan ini kandas pada tahun 1999. Pada tahun 2003 Anggun bertemu dengan Olivier Maury, seorang sarjana politik Kanada. Hubungan ini berlanjut ke jenjang perkawinan pada tahun berikutnya melalui upacara sederhana di Bali. Maury kemudian menjadi manajernya. Namun demikian semenjak pertengahan 2006 hubungan keduanya juga berakhir dalam perceraian. Sejak 8 November 2007, Anggun dikarunia seorang anak perempuan yang dinamai Kirana dari hubungannya dengan Cyril Montana. Seorang penulis Perancis. Untuk urusan agama, dengar-dengar mbak Anggun adalah salah satu penganut Pluralisme. Yaitu, orang yang mencampurkan berbagai agama karena menganggap kalau semua agama itu sama baiknya. Dan kabarnya sekarang ini dia sedang mempelajari agama budha dari temannya yang juga dari Indonesia. Tapi, di luar semua itu. Musisi yang satu ini memang patut untuk dibanggakan. Karena, Anggun telah mengangkat nama baik indonesia ke kancah internasinal dengan prestasinya di dunia musik. ya, meskipun dia telah melepas kewarganegaraan indonesia-nya. Tapi Anggun tetap dikenal dengan image nasionalismenya, dan itu bisa kita lihat dari rambut panjang dan hitam milik mbak Anggun yang menjadi ciri khas seorang wanita Indonesia. Pada album-album miliknya pun juga masih mempunyai lagu yang berbahasa Indonesia dan musiknya menggunakan musik tradisional indonesia. dan, Dialegnya ketika berbahasa indonesia, tidak ia campurkan dengan bahasa inggris ataupun bahasa perancis, meskipun mbak Anggun fasih untuk kedua bahasa tersebut. Oh, ya. satu lagi nih yang harus kamu ketahui. menurut survei American Online (AOL). Anggun mendapat posisi ke-4 diva dunia, dan mengalahkan Beyonce. Dalam survei yang diambil pada 13 Maret 2009 lalu itu posisi pertama diraih oleh Kylie Minoque, kedua Vanessa Paradis, ketiga Rihanna, dan keempat adalah Anggun, sementaran posisi kelima diduduki Beyonce Knowles.









Sabtu, 10 Maret 2012

Vina Panduwinata "Burung Camar"

Nama panjangnya Vina Dewi Sastaviyana Panduwinata, atau lebih populer dengan nama Vina Panduwinata, terlahir di Bogor, Jawa Barat, 6 Agustus 1959. Ia adalah salah satu penyanyi senior yang mendapat sebutan sebagai diva musik pop Indonesia. Vina sendiri adalah istri dari Boy Haryanto Joedo Soembono, yang menikahinya pada 26 November 1989. Dari perkawinannya dikaruniai seorang putra, Joedo Harvianto Kartiko atau Vito. Dalam perjalanan sebagai penyanyi, Vina yang juga ibu dan istri dalam keluarganya, memiliki keteguhan sikap dalam memegang prinsip. Tak heran jika dirinya mampu menjalankan profesi sekaligus sebagai ibu rumah tangga dengan sinergis. Puluhan albumnya telah menjadi legenda musik Indonesia, diawali album pertamanya JAVA & SINGLE BAR (1978) dan setahun kemudian merilis SORRY SORRY & TOUCH ME (1979). Lewat albumnya BURUNG CAMAR (1985), namanya semakin mencuat. Lagunya dengan judul yang sama dalam album tersebut menjadi icon dirinya, dengan sebutan si Burung Camar.


Bahkan album-album lagunya dapat dikatakan sebagai cerminan suasana keluarganya, sebut saja CINTA (1986), CIUM PIPIKU (1987), SURAT CINTA (1988), RASA SAYANG ITU ADA (1991), BAHASA CINTA, (Duet dengan Broery Marantika), AKU MAKIN CINTA (1995), VINA 2000 (2000), BAWA DAKU (2001) dan VINA FOR CHILDREN (2002). Vina bersama komposer Addie MS menggelar konser 'Viva Vina' pada 2006 dan beberapa saat kemudian merilis THE BEST VINA yang berisi lagu-lagu hitnya dari 1981-2006. Perjalanan panjang bermusik Vina menjadi lengkap saat Anugerah Musik Indonesia (AMI) memberi penghargaan Lifetime Achievement 2006. Vina mendapatkan penghargaan tersebut atas dedikasi dan prestasinya sepanjang hidupnya yang diperuntukkan bagi musik. Lama tak mengeluarkan album, bukan berarti Vina benar-benar tidak bernyanyi, ia pun masih menerima tawaran manggung off air. Dan menandai usianya yang ke-50, pada 7 Agustus 2009 ia menggelar konser tunggal yang diberinya tajuk 'Fantastic Gold Vina Panduwinata'. Tahun 2010 adalah tahun kembalinya Vina ke dunia musik. Untuk langkah pertama, Vina merilis single terlebih dahulu, yakni Karena Kasihmu yang diambil dari album CINTA YANG TERAKHIR.











Atiek CB "Risau"

Atiek Prasetyawati atau lebih dikenal dengan nama Atiek CB adalah seorang penyanyi rock yang populer pada era 80-an. Perempuan kelahiran Kediri, Jawa Timur, 25 Mei 1963 itu punya identitas dengan kacamata hitam dan suara khasnya. Sementara nama CB di belakang namanya diambil dari nama grup pengiringnya saat mengawali profesinya sebagai penyanyi. Nama CB yang berarti Canda Birawa tetap melekat hingga menjadi nama populernya.


Lagu-lagu populernya di antaranya Suka-Suka, Optimis, Terserah Boy, Kekang, Risau, Benci Sendiri, Terapung dan lain-lain. Selain juga pernah bergabung dalam grup vokal Rumpies, bersama Trie Utami Dkk yang mempopulerkan lagu Nurlela.
Pada tahun 90-an Atiek, juga pernah tersandung masalah, saat sampul albumnya terdapat gambar palu dan arit yang tak lain adalah lambang partai komunis, yang terlarang di Indonesia.Kini Atiek CB tinggal di Amerika bersama suami dan anak-anaknya dan semakin jauh dari profesinya sebagai penyanyi.









Krakatau Band "Kutemukan"

Krakatau adalah nama sebuah kelompok musik jazz Indonesia. Krakatau, yang namanya terinspirasi dari Gunung Krakatau, dimotori oleh Dwiki Dharmawan dan Pra Budi Dharma. Namun dalam perjalanan karirnya grup musik ini mengalami banyak pergantian personel hingga perubahan genre musiknya. Awalnya Krakatau memainkan jazz, rock dan fusion jazz, namun kini menjadi Jazz-Worldmusic. Sepanjang karirnya Krakatau mengalami tiga kali perubahan besar. Formasi pertama adalah Pra Budi Dharma, Dwiki Dharmawan, Donny Suhendra dan Budhy Haryono. Formasi kedua adalah Pra Budi Dharma, Dwiki Dharmawan, Donny Suhendra, Indra Lesmana, Gilang Ramadhan dan Trie Utami. Kelompok ini telah melanglang buana ke berbagai negara di Eropa, Amerika, Kanada, Asia bahkan ke Amerika Latin. Krakatau dibentuk pada tahun 1984 di Cipaganti, Bandung atas prakarsa Pra Budi Dharma, Dwiki Dharmawan, Budhy Haryono dan Donny Suhendra. Pada saat itu Pra Budidharma yang piawai dalam bermain bass baru saja pulang dari Amerika Serikat. Dwiki Dharmawan (keyboard) adalah lulusan sekolah musik di Bandung. Budhy Haryono (drum), adalah mantan anggota Jamrock, kini bernama Jamrud dan Donny Suhendra dikenal akrab di kalangan pemusik Bandung sebagai gitaris jazz rock. Mereka bersepakat membentuk sebuah grup musik yang berkiblat pada musik-musik fusion jazz. Pertama tercetus ide dengan menggunakan nama Delta, kemudian Mesopotamia, dan akhirnya pilihan jatuh pada nama Krakatau, yang kebetulan letak geografisnya juga di daerah Jawa Barat sesuai dengan asal grup musik ini dibentuk.  Krakatau memang menentang arus musik pada masa itu, yang kebanyakan di Indonesia didominasi oleh musik-musik rock seperti contohnya El Pamas, Power Metal dan Slank. Juga tren penyanyi-penyanyi wanita yang dikenal dengan julukan lady rocker, seperti contohnya Ita Purnamasari, Nicky Astria, Atiek CB , Nike Ardila dan Anggun C. Sasmi. 


Karena banyaknya penyanyi yang mencuat berasal dari Bandung, maka pada masa itu musisi asal Bandung mulai dijadikan barometer bagi industri musik di Indonesia.  Banyak pihak dari kalangan penyelenggara yang berminat menyelenggarakan festival-festival rock untuk mencari bibit-bibit pemain baru. Uniknya disela-sela itu, masih banyak juga kalangan musisi dan penikmat musik yang berapresiasi pada musik lain yaitu musik jazz. Salah satunya dengan adanya Jazz Corner, suatu acara jazz yang kerap diadakan di Bumi Sangkuriang, Ciumbuleuit, Bandung. Krakatau tampil untuk pertama kalinya di Bumi Sangkuriang. Dengan format awal tanpa menggunakan seorang vokalis. Kehadiran Krakatau terasa membawa warna lain karena memainkan jazz fusion yang pada waktu itu masih tergolong jarang dan tak biasa. Satu-satunya band jazz pendahulunya yang pernah terbentuk asal Bandung adalah D’Marzio. Namun band ini hanya pernah tercatat dalam kurun waktu era tahun 1970-an saja. Dari pojok jazz di Bumi Sangkuriang itu, Krakatau mulai menjadi perhatian musisi muda Bandung. Kemudian grup musik ini mulai berfikir untuk mencari vokalis yang sekiranya cocok untuk Krakatau. Pada awalnya vokalis Krakatau adalah Hari Moekti, seorang vokalis dengan warna rock serak ala Rod Stewart. Namun Hari  Moekti tak berlangsung lama. Kemudian Ruth Sahanaya sempat mendapatkan tawaran untuk mengisi kekosongan pada posisi vokalis. Akhirnya pilihan Pra Budidharma jatuh pada sosok Trie Utami. yang menurutnya menarik dan berbakat, namun waktu itu Trie Utami belum berstatus sebagai seorang vokalis. Ia masih lebih dikenal sebagai pemain piano dan penyiar sebuah radio bersegmen remaja.


Krakatau makin lama makin unjuk gigi, terlihat pada penampilannya pada malam tahun baru 1985, Krakatau menunjukkan permainan terbaiknya saat bermain pada acara Jazz Break di Bumi Sangkuriang. Dalam pertunjukkan itu, Krakatau memainkan jenis jazz fusion ala Miles Davis dan berhasil sukses memikat dan memukau para pengunjung penikmat jazz.
Pada tahun 1986 Krakatau mendapat tawaran rekaman untuk yang pertama kali, tawaran itu datang dari perusahaan rekaman musik Billboard. Namun Krakatau masih memiliki sejumlah kendala, pertama Krakatau belum memiliki lagu sendiri, Ke dua Ruth Sahanaya belum mengiyakan tawaran menjadi vokalis Krakatau. Di kemudian hari, Ruth Sahanaya memilih untuk menjadi penyanyi solo dan menjalin kerjasama dengan Aquarius Musikindo. Beberapa waktu setelah itu Dwiki mencoba menawarkan kembali kepada Trie Utami untuk mengisi kekosongan vokalis di tubuh Krakatau , ternyata Trie yang juga teman kecil dari Dwiki saat belajar musik di Bina Musika, Bandung itu menerima tawaran tersebut. Padahal Trie tidak pernah bercita-cita menjadi penyanyi sebelumnya.
Pada titik awal ini Krakatau akhirnya menyerah pada selera pasar, Budhy Haryono pemain drum Karakatau saat itu memilih untuk keluar, karena Budhy memang tidak pernah berniat membentuk grup musik yang terlalu menuruti pasar. Awalnya Karakatau memang lebih banyak memainkan jazz fusion instrumental seperti Uzeb dan The Yellow Jacket. Untuk persiapan rekaman akhirnya posisi Budhy digantikan oleh Gilang Ramadhan dan penambahan pemain keyboard yang diisi oleh Indra Lesmana. Pada formasi ini akhirnya lahirlah hits single “Gemilang” pada tahun 1986. Album pertama Krakatau ini menjadi kental dengan nuansa musik pop. Tak ada nuansa jazz eksperimental seperti yang mereka impikan sejak pertama dulu.












Jumat, 09 Maret 2012

Nike Ardila "Mama Aku Ingin Pulang"

Raden Rara Nike Ratnadilla Kusnadi atau Nike Ardilla (lahir di Bandung, Jawa Barat, 27 Desember 1975 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 19 Maret 1995 pada umur 19 tahun) adalah penyanyi dan artis berkebangsaan Indonesia. Ia tewas pada 19 Maret 1995 ketika mobil Honda Civic yang dikendarainya menghantam beton di jalan RE Martadinata di kota Bandung. Ia meninggal dunia di saat popularitasnya sedang memuncak. Nike Ardilla merupakan penyanyi, bintang film, model, bintang iklan dan seniman paling sukses di semua bidang entertainment dan di Indonesia belum ada orang lain yang sukses di semua bidang entertainment. Walaupun sudah wafat akan tetapi Nike Ardilla Masih produktif mengeluarkan album, meskipun albumnya masih sama, hanya berganti cover saja.[1] Selama sejarah entertainment Indonesia ada, hanya Nike Ardilla artis satu-satunya yang mendapatkan penghormatan paling tinggi dimana setiap tanggal kelahirannya dan kematiannya selalu diperingati. Boleh dikatakan hanya Nike Ardilla artis dengan pengaruh besar di industri hiburan Indonesia bahkan Asia. Sejak kecil sudah mengawali karier dengan mengikuti berbagai festival menyanyi di Bandung, sampai kemudian bakatnya ditemukan oleh produser musik Deddy Dores. Karier musiknya di dunia hiburan pun dimulai. Tahun 1987, Ibunya memboyong Nike Ardilla ke Himpunan Artis Penyanyi Musisi Indonesia (HAPMI) asuhan Djadjat Paramor. Di sana ia bertemu dengan Deni Kantong, guru menyanyinya, dan Deni Sabrie yang kemudian menjadi manajernya. Deni Kantong dan Sabrie memperkenalkannya pada Deddy Dores. Deddy membuatkan beberapa lagu untuk album pertama Nike yang bertajuk Seberkas Sinar yang terjual lebih dari 500.000 ribu kopi. Sebelumnya Deddy Dores juga sempat menyatukan Nike dengan dua anak didik Deddy dan Deni bernama Deni Angels bersama Cut Irna dan Lady Avisha.


Tahun berikutnya Nike merilis album keduanya yang bertajuk Bintang Kehidupan yang mendapatkan sambutan luar biasa, dan terjual dengan angka yang fantastis, yaitu 2 juta unit Selanjutnya Nike merilis album-album yang menjadi best seller. Karier Nike Ardilla dalam dunia seni peran juga berjalan mulus. Nike bermain film Kasmaran yang dibintangi juga oleh Ida Iasya dan Slamet Rahardjo, 1987. Dan juga menjadi pemeran utama di Film Ricky Nakalnya Anak Muda bersama almarhum Ryan Hidayat pada tahun 1990 dan terus melahirkan film-film box office sepanjang periode akhir 80-an dan awal 90-an. Nike Ardilla juga sukses dalam beberapa sinetron. Selain sebagai penyanyi dan bintang film, Nike Ardilla juga mengawali kariernya sebagai seorang model. Terbukti dengan menjadi pemenang Favorit pada ajang GADIS SAMPUL 1990.  Semenjak album perdana di rilis dipenghujung 1989. Nama Nike Ardilla masuk kejajaran artis papan atas dan diperhitungkan. Deni Sabri Management memang mempersiapkan Nike Ardilla untuk menjadi artis multi talenta, awal pembentukan Nike Ardilla menjadi artis memang disiapkan untuk menggantikan Cut Irna yang terkenal sebagai model, Mariam Belina bintang film papan atas, dan diva rock '80-an Nicky Astria. Jadi menurut Deni, Nike adalah perpaduan dari Nicky Astria, Meriam Belina, dan Cut Irna. Bahkan sebelum album perdana sukses di pasaran, Nike sudah dilibatkan dalam produksi beberapa film box office di jamannya dan kegiatan yang berhubungan dengan modeling dan show di daerah-daerah dari aceh sampai papua. 1990 adalah awal dominasi Nike Ardilla di dunia entertainment sehubungan dengan sukses secara komersil album Bintang Kehidupan yang terjual 2.000.000 units. Dilanjutkan dengan terpilihnya Nike Ardilla sabagai Gadis Sampul Favorit di ajang model yang sangat bergengsi. Konser jadwal tiap tahun penuh, tampil di acara-acara selebriti dan awards show, membintangi puluhan film box office, bintang iklan, cover majalah, dll. Bahkan ketika artis film banyak terjun ke sinetron, nama Nike Ardilla masih menjadi jaminan rating tinggi untuk sinetron yang banyak ditonton pemirsa.


 Mungkin karier Nike Ardilla secara harfiah terbilang singkat 1989-1995, hanya 6 tahun. Tapi dalam waktu singkat tersebut kariernya begitu cemerlang. Tidak hanya sampai di musik saja dimana konser dan album Nike laris manis, industri film tanah air pun tidak mau ketinggalan menggunakan Nike Ardilla sebagai pemeran utama di Film-filmnya. Puluhan film box office dihasilkan Nike, bahkan film daerah paling laris kabayan yang di bintangi Paramitha Rusadi sebagai tokoh wanita utamanya digantikan oleh Nike Ardilla bukti dominasi dan betapa popularnya Nike. Bahkan di sinetron dengan rating tinggi arahan sutrada Putu Wijaya, Mitha tampil hanya sebagai bintang tamu di 2 episode sinetron berjudul NONE dimana Nike adalah pemeran utamanya. Puluhan iklan pun telah dihasilkan Nike Ardilla. Dominasi tak terkalahkan bukan hanya dalam ranah persaingan di musik, film, dan model saja. Tapi Nike Ardilla merupakan artis yang mendominasi majalah/tabloid/koran gosip saat itu. Ketika artis-artis seangkatannya ingin mengikuti jejak langkah suksesnya. Mungkin nama Nike tetap menjadi jaminan berita laku. Apa yang Nike dan tidak Nike lakukan selalu diberitakan, dari gosip bohong soal narkoba sampai lesbian menjadi headline. Tapi tidak seputar itu saja, prestasinya pun tetap menjadi bahan pembicaraan media-media saat itu.













Nicky Astria "Jarum Neraka"

 
Nicky Nastiti Karya Dewi atau yang lebih dikenal dengan nama Nicky Astria dilahirkan di kota kembang Bandung 18 Oktober 1967. Nicky melakukan debut rekaman pertama tahun 1984 lewat Album Semua Dari Cinta setelah bertemu Jelly Tobing saat tampil satu panggung bersama Superkids di Rally Rock Jakarta - Bandung, di Kartika Candra Theater. Nicky bertemu gitaris rock God Bless Ian Antono pada sebuah malam ekspresi seni antar-SMA. Ian menggarap Album Nicky Jarum Neraka (1985) yang ternyata disukai dipasaran hingga terjual di atas 250 ribu kaset. Album Jarum Neraka ini disebut-sebut sebagai album rock Indonesia pertama yang mampu menyaingi pop dalam mendobrak angka penjualannya. BASF Awards menganugrahi album ini sebagai album rock terlaris ditahun yang sama.

                                                        

Pada Tahun 1986 Nicky Astria kembali melemparkan album ketiganya dengan judul Tangan Tangan Setan. Sama seperti album sebelumnya, album ini masih ditangani oleh Ian Antono. Album ini berhasil mengulang sukses album kedua Jarum Neraka dan semakin menguatkan nama Nicky Astria sebagai Lady Rocker. Lagu hits album ini adalah : Tangan-tangan setan, Mata Lelaki, Biar Semua Hilang. Dan ditahun 1987 dirilis album Gersang, kedua album ini juga mendapat penghargaan dari BASF.  Kesuksesan Nicky tidak lepas dari tangan dingin Ian Antono sebagai Arranger musiknya. Hingga kini Nicky Astria sudah merilis 17 album dan single,










Kamis, 08 Maret 2012

Drakhma "Sekejap"

Drakhma adalah nama mata uang resmi yang dipergunakan di Yunani. Oleh Dani Mamesah (drumer) nama mata uang ini lalu menjadi inspirasi untuk nama band yang dibentuknya bersama Dodo Zakaria (piano, keyboards), Gideon Tengker (gitar), Rudy Gagola (bas), Ricky Basuki (vokalis).
Menurut Dani Mamesah, ia mengambil filosofi mata uang sebagai sesuatu yang memiliki nilai. Nilai itu kemudian bermetafora sebagai sebuah kelompok musik yang senantiasa menyajikan musik-musik bernilai terjaga. Kelompok ini menyertakan konsep musik dengan dukungan instrumen tiup atau brass section. Drakhma memang didukung tiga orang seksi tiup, yaitu Wawan Tagalos (trombone, flute) yang juga dikenal sebagai personel New Rollies, lalu ada Chalik (saksofon) dan Eddy (terompet), serta empat penyanyi latar, masing-masing Uce Anwar, Eva Diana Sari, Christine Budiardjo, dan Daisy Maengkom. Konsep musik Drakhma sebetulnya eklektik. Ada pop, ada jazz, R&B hingga sedikit blues. Ini mungkin berkaitan dengan latar belakang para pemusiknya yang cukup beragam. Dodo Zakaria, yang pernah terlibat dalam berbagai grup rock dan jazz memiliki kontribusi tersendiri. Dodo Zakaria sempat membentuk Bina Musika Band bersama Erwin Gutawa (bas), Yoyok (saksofon), dan Cendy Luntungan (drum).  Dodo pun sempat bergabung bersama grup rock Ogle Eyes hingga God Bless. Rudy Gagola yang mencabik bass pun lebih banyak berkutat dalam sederet grup rock seperti The Steel, Brotherhood, bahkan sempat menggantikan kakak kandungnya, Donny Fattah Gagola, dalam God Bless. Di awal era 1980-an, Dodo Zakaria dan Rudy Gagolla berkarier sebagai pemusik studio, terutama mengiringi sederet artis-artis musik yang dikontrak Jackson Records & Tapes.


Dengan kemampuan musikal semacam ini, tak heran jika Gideon Tengker, Ricky Basuki, dan Dani Mamesah memilih mereka sebagai bagian dari formasi Drakhma yang terbentuk pada tahun 1980. Album perdana bertajuk Hari Esok dirilis pada tahun 1981. Penampilan Drakhma memang menyelinapkan sesuatu yang baru. Mulai dari tatanan musik hingga tema-tema lagu yang mereka sorongkan. Mereka tak hanya terpukau dengan tema asmara sebagaimana galibnya perangai para pemusik yang berkubang di jalur pop. Drakhma mengumandangkan tema cinta Tanah Air seperti "Negeri Surgawi" maupun "Tuhan Memberkati Indonesia". Tapi, di sisi lain Drakhma menyitir kehidupan kaum papa, semisal pada lagu "Buruh". Ricky Basuki, sang vokalis utama, juga mencuatkan warna vokal yang berkarakter. Ricky lebih banyak bereksperimen dengan teknik vokal falsetto tanpa harus mengorbankan artikulasi bernyanyi. Gaya falsetto semacam ini dipopulerkan oleh George Duke maupun Phillip Bailey dari kelompok Earth Wind & Fire. Di album kedua bertajuk Citra Bahagia, Drakhma banyak melakukan eksplorasi dalam tata musik. Musik Drakhma terasa kian berat untuk dicerna kuping awam. Di album ini, Drakhma lebih kental mengadon komposisi bertema jazz, misalnya sebuah komposisi instrumental bertajuk "Kaki Lima" yang bernuansa Brasil. Alur brass section berbaur dengan riuhnya tabuhan perkusi yang memihak ke atmosfer tropikal.


Di lagu ini Drakhma didampingi perkusionis tenar asal Australia, Ron Reeves. Juga, sentuhan biola yang sarat aksentuasi dari Luluk Purwanto menyuguhkan imbuhan musik yang terasa lebih bernas. Meski demikian, Drakhma toh masih menyuguhkan lagu-lagu yang berkonotasi pop seperti "Kemilau" dan "Citra Bahagia". Di sini, penyanyi latar Daisy Maengkom dan Christine Budiarjo mengundurkan diri. Mereka digantikan oleh Rieta Amelia. Di album ketiga bertajuk Tiada Kusadari, musik Drakhma terdengar mengarah ke ragam pop R&B, tetap dengan teknik vokal falsetto yang dilengkingkan Ricky Basuki. Di album yang memuat lagu-lagu seperti "Tiada Kusadari", "Mungkinkah", dan "Sekejap", formasi Drakhma mulai berubah. Deretan penyanyi latar hanya didukung Uce Anwar (kini istri drumer Jelly Tobing) dan Rieta Amelia yang kemudian menikah dengan Gideon Tengker. Barisan pemusik tiup malah diisi oleh pemusik tamu seperti Idham Noorsaid (terompet) dari The Big Kids, Albert Sumlang (saksofon) yang pernah mendukung The Mercy's, serta Nano Tirta (flute). Album ketiga ini juga merupakan album terakhir dari Drakhma. Para personelnya mulai bercerai-berai dengan kesibukan masing-masing. Dodo Zakaria aktif memperkuat God Bless dan sibuk menjadi penata musik serta pencipta lagu. Ricky Basuki dan Dani Mamesah membentuk kelompok baru dengan nama Niagara. Rita Amelia bersolo karier. Gideon Tengker membentuk trio rock TAG bersama Teddy Sujaya (drum) dan Arthur Kaunang (bas) serta trio JAG bersama Jelly Tobing (drum) dan Arthur Kaunang. Wawan Tagalos kembali mendukung The Rollies. Sejak itu Drakhma hanya tinggal nama belaka.







Rabu, 07 Maret 2012

Doel Sumbang "Arti Kehidupan"

Wahyu Affandi atau lebih dikenal dengan Doel Sumbang (lahir di Bandung, Jawa Barat, 16 Mei 1963; umur 45 tahun) adalah seorang musisi asal Jawa Barat, mengawali karir di dunia teater pada “teater Remy Silado” , dari sanalah ia mendapatkan nama julukan “Deol” , nama “Sumbang” dikaitkan dengan lagu-lagunya yang nyeleneh, vulgar, tengil. Ia juga dikenal lewat duetnya dengan Nini Carlina lewat lagu Kalau Bulan Bisa Ngomong, Aku Cinta Kamu dan Rindu Aku Rindu Kamu serta duetnya dengan Ikko lewat lagu Cuma Kamu. Doel Sumbang, adalah seniman mumpuni dalam ranah musik tanah air dan tanah Pasundan. Seniman musik ini terkenal dengan lagu-lagunya, baik yang berbahasa Indonesia ataupun berbahasa Sunda. Penyanyi ini muncul dalam kancah musik Indonesia sekitar tahun 1980-an. Karakter lagunya dengan pengucapan lagu tak lazim serta kritik sosial atau penggambaran sosial yang lebih "membumi". Tidak heran jika lagu-lagunya tetap dikenal hingga kini.


Doel Sumbang lahir dan dibesarkan dalam keluarga santri. Ayahnya adalah mubalig di Kota Bandung yang dikenal dengan "Abah Kabayan". Sejak SMP ia telah belajar musik dan teater dari Remy Sylado. Lagu-lagunya sarat dengan kritik sosial. Hal ini menarik seorang produser, Handoko Kusumo, hingga bersedia merekam karya-karya Kang Doel. Ia pun yang memberi nama "Soembang" hingga sekarang dikenal dengan nama Doel Sumbang. "Sumbang" di sini bisa dimaknai sebagai suara kritik, terhadap sistem maupun budaya yak-lirik jenaka namun mengandung kritikan yang cerdas, seperti dalam lagu-lagunya: Aku si raja goda, Suparti, Martini, Sakit Jiwa, dsb. Misalnya, dalam lagu Aku, Tikus, dan Kucing berikut ini; bagaimana Kang Doel menyentil sosok gadis zaman sekarang hingga kondisi Kota Bandung, tempat ia lahir dan dibesarkan. Tapi, lagu-lagu Doel Sumbang pun tidak hanya berkutat dalam ranah kritik/kondisi sosial. Ia pun bisa menyajikan lirik cinta yang berkelindan manis dengan makna kehidupan manusia, seperti dalam lagu Arti Kehidupan.


Tidak hanya di tingkat Nasional, lagu-lagu Kang Doel dikenal dalam lagu-lagu berbahasa Sunda. Baraya penikmat lagu Sunda pasti sudah tidak asing lagi dengan lagu: Pangandaran, Bulan Batu Hiu, Ah Hoream, Ai, Awewe Sapi Daging, Beurit, Ceu Romlah, Sumedang, Jol, dll.
Begitulah sosok Doel Sumbang, ia seakan tidak habis kreativitas dalam bermusik. Lagu-lagu dalam bahasa Sunda yang diciptakannya tetap banyak yang berciri kritikan sosial, seperti Polisi Noban, Ema, Lalaki, Mang Darman, Berenyit, dll. Lagu-lagu dalam basa Sunda hasil karya pria kelahiran 16 Mei 1963 ini bahkan booming saat euforia Reformasi 1998. Selain itu, karya-karya lagunya pun kerap dinyanyikan oleh penyanyi Sunda lain, seperti Darso dan Nining Meida. Doel ada sosok fenomenal dari Tanah Pasundan yang terus berkarya dalam segala kondisi zaman.









Farid Hardja "Karmila"

 Farid Hardja adalah sosok unik dalam industri musik pop Indonesia. Mungkin, Farid Hardja yang dilahirkan di Sukabumi, Jabar, tahun 1950, adalah sedikit dari insan musik pop yang bertahan dalam tiga dasawarsa tanpa jeda sedikit pun. Popularitasnya tiada pernah pudar. Dari paruh era 70-an hingga akhir era 90-an, Farid tetap eksis dan senantiasa mencetak hits besar. Jika mengamati sepak terjang penyanyi bertubuh tambun ini dalam kancah industri musik pop, maka terkuaklah elemen yang menunjang masa popularitasnya yang panjang: Farid selalu menyusupkan metamorfosa baik dari sosok maupun format musiknya. Dan, yang paling tepat bahwa Farid senantiasa menyesuaikan diri dengan pergeseran waktu. Dia tak pernah stagnan. Selalu berubah, berubah, dan terus berubah. Sosok Farid, awalnya dikenal dengan penampilan yang mirip Elton John: berkepala agak botak dan gonta-ganti kacamata, dan pada akhir hidupnya ia berdandan bak saudagar dari daratan Afrika. Lalu mulailah muncul sederet metamorfosis dari genre musik hingga fashion. Sederet hits pun mencuat mulai dari Karmila (1977) hingga Ini Rindu (1991). Modal utama yang dimiliki Farid adalah karakter vokal yang lentur. Kelenturan timbre vokal inilah yang membuat dia mampu menyeruak di arus tren yang tengah kencang mengalir. Bayangkan, Farid dengan terampil dan cerdik menempatkan atmosfer vokalnya dalam bentuk rock n'roll, rock, pop, reggae, R&B, jazz, gospel, disko, rap, hip-hop, keroncong, hingga dangdut sekalipun. Ini sebuah talenta yang luar biasa.

                                              

Tak hanya itu, Farid pun dianugerahi bakat musik yang komplit. Bukan hanya menyanyi yang dikuasainya, melainkan ia juga sosok komposer yang mumpuni. Farid mampu menulis melodi bernuansa catchy yang bersanding dengan lirik-lirik yang segar, imajinatif sekaligus komunikatif. Dengan sederet keistimewaan yang dimilikinya itulah, maka mendiang Farid bisa dianggap mampu menaklukkan selera publik. Farid Hardja memulai karier musiknya di tahun 1966, di saat negeri ini mengalami transisi dari era Orde Lama ke Orde Baru. Saat itu demam British Invasion masih melanda dunia. Di Bandung, Farid telah bergabung dalam grup De Zieger yang memainkan rock and roll yang antara lain menyanyikan repertoar The Rolling Stones. Tak hanya di Bandung, ia yang saat itu memiliki rambut kribo ala Afro Look, mulai bergabung dengan sejumlah band rock yang bermarkas di Jakarta, seperti Cockpit yang dibentuk Abulhayat (1974) juga bergabung dalam Brotherhood dan Brown Bear di tahun 1975. Setahun berselang Farid Hardja kembali ke kampung halamannya, Sukabumi, dan membentuk grup Bani Adam yang lebih dominan memainkan warna rock and roll dan sedikit R&B, juga country. Bani Adam lalu menjadi pusat perhatian, apalagi grup berbentuk kuintet ini menggunakan nama yang kurang lazim. Saat itu nyaris semua band menggunakan nama berbahasa Inggris sebagai jatidiri. ''Kenapa memakai nama Bani Adam, karena kita ini semua adalah Bani Adam atau ummatnya Nabi Adam. Sebagai manusia kita harus paham asal usul kita,'' itulah yang diungkapkan Farid Hardja suatu ketika.

                                                 

Di tahun 1977, Jackson Records & Tapes milik Jackson Arief mulai merilis debut album Farid Hardja bersama Bani Adam dengan nama Farid Bani Adam yang melejitkan Karmila. Sayangnya, introduksi lagu ini menjiplak intro lagu Peace of Mind, grup rock Boston. Bahkan kejadian yang sama berulang lagi ketika Farid Bani Adam merilis album kedua bertajuk Specials dengan hits 'Ikan Laut Pun Menari di Bawah Tanganmu' yang ternyata memelintir lagu Lyin 'Eyes', grup country rock The Eagles. Untungnya, Farid menyadari kekeliruan tersebut. ''Saya mengakui kesalahan konyol itu dengan menjiplak lagu milik orang. Tapi, saya berjanji tak akan mengulanginya lagi'' ungkap Farid. Kejujuran ini memang patut dihargai. Yang pantas dicatat bahwa dalam setiap albumnya, Farid ternyata tidak pernah menggunakan pemusik yang sama. Formasi Bani Adam pun selalu berubah. Beberapa nama pun silih berganti mendukung Bani Adam, mulai dari Eddy Manalief, Nurish Iskandar, dan Max Rondonuwu. Bahkan pemusik tenar seperti Elfa Secioria, Jimmie Manoppo, Dodo Zakaria, Billy J Budiardjo, Oetje F Tekol pun ikut mendandani tatanan musik Farid Bani Adam. Dalam catatan, Farid telah berduet dengan sederet penyanyi tenar dan berkarakter kuat semisal Achmad Albar, Gito Rollies, Euis Darliah, Endang S Taurina termasuk berduet dengan penyanyi dangdut Anis Marsella, Merry Andani, maupun Mario.


                                                              

Dalam sisi penulisan lirik, Farid memiliki keunggulan. Pertama, selalu menulis lagu bertema cinta, tapi dengan sudut pandang yang melankolik, terkadang malah lebih terasa unsur humor bahkan satir. Kedua, Farid juga cepat menangkap fenomena yang tengah berlangsung di masyarakat pada era tertentu, semisal lagu Bercinta di Udara yang diangkat dari tren penggunaan radio komunikasi antara penduduk (CB Radio) yang marak pada era 80-an.
Ketiga, Farid pun tak jarang menyelusupkan lirik yang berbau protes dan terkadang menyentuh zona politik. Misalnya lagu Jakarta Sayang, Jakarta Malang, Partai Sembako, Runtuhnya Tembok Berlin, dan masih sederet panjang lagi.
Di sela karier musiknya yang padat dan komplit, Farid di masa hidupnya pun pernah memperlihatkan kemampuan akting di beberapa film layar lebar, mulai dari Tante Sundari (1977), Bandit Pungli (1977), Sayang Sayangku Sayang (1978), dan Ini Rindu (1991). Dua judul film terakhir lebih tepat disebut sebagai film otobiogrofi Farid Hardja. Pada tanggal 27 Desember 1998, Farid Hardja mengembuskan napas terakhir. Farid, sang penghibur itu memang telah berlalu. Tetapi karya-karyanya masih bergaung hingga kini.










Franky & Jane "Panen Telah Datang"

Franky Hubert Sahilatua atau lebih dikenal dengan Franky Sahilatua dilahirkan di kota buaya Surabaya 16 Agustus 1953, ia adalah salah satu penyanyi balada yang dimiliki bangsa ini. Pada tahun 1975-an ia dan adiknya Jane Sahilatua pernah popoler karena musik yang dibawakan sangat berbeda, yaitu warna country dan lagu lagu balada dengan musik yang sederhana yang mengingatkan kita pada lagu-lagunya John Denver.


Meskipun lirik yang dihasilkan jauh dari nuansa cinta, tapi mereka bisa tetap eksis dan bertahan lama di blantika musik Indonesia. Franky & Jane telah menghasilkan 15 buah album, diantaranya : Senja Indah Di Pantai (1975), Kembalilah (1975), Balada Ali Topan (1976), Musim Bunga (1978), Kepada Angin Dan Burung-burung (1978), Panen Telah datang (1980), dan lain-lain.