Semenjak album GILA, Gombloh dinilai para kritisi mengendurkan idealismenya, dengan lebih mengedepankan album bergaya pop ringan dan dengan lirik-lirik sederhana dan jenaka. Namun dengan demikian ia menjadi lebih populer dan mendapat penghasilan yang besar. Sayangnya dia lebih suka menghabiskan pendapatannya dengan makan-makan bersama kawan-kawannya. Rasa kesetiakawanannya dan jiwa merdeka inilah yang secara tidak langsung membawanya pada penyakit yang merenggut nyawanya. Tahun 1996, sejumlah seniman Surabaya membentuk Solidaritas Seniman Surabaya dengan tujuan menciptakan suatu kenangan untuk Gombloh yang dianggap sebagai pahlawan seniman kota itu. Mereka sepakat membuat patung Gombloh seberat 200 kg dari perunggu. Patung ini ditempatkan di halaman Taman Hiburan Rakyat Surabaya, salah satu pusat kesenian di kota itu. Tanggal 30 Maret 2005 dalam acara puncak Hari Musik Indonesia III di Jakarta, Gombloh mendapat penghargaan Nugraha Bhakti Musik Indonesia secara anumerta dari PAPPRI, bersama sembilan tokoh musik lainnya, yaitu Nike Ardilla, Titiek Puspa, Anggun, Iwan Fals, Ebiet G Ade, Titiek Sandhora, Deddy Dores dan Broery Marantika. Lagu-lagu karya Gombloh sempat diangkat dalam penelitian Martin Hatch seorang peneliti dari Universitas Cornell dan ditulis sebagai karya ilmiah yang berjudul Social Criticsm in the Songs of 1980’s Indonesian Pop Country Singers, yang dibawakan dalam seminar musik The Society of Ethnomusicology di Toronto, Kanada pada 2000.
0 komentar:
Posting Komentar